M. Ishom el Saja
Sekilasindonesia.id, || SERANG – Sama-sama pengolah kayu, ada yang hanya bisa memanfaatkan kayu menjadi papan dan balok sebagai bahan bangunan. Ada yang hanya bisa menggunakan untuk dijadikan meja, kursi, dan balai yang sederhana.
Ada juga dengan keahliannya, berhasil menjadikan kayu menjadi produk mebelar artistik dengan nilai tinggi.
Begitupun tokoh agama yang biasa disebut ustad, ulama dsb. Ada yang hanya bisa mengolah dalil Quran hadits seperti papan dan balok untuk bangunan. Ada yang pengetahuan nya cuma sampai mengolah dalil Quran hadits untuk perabotan sederhana.
Bahkan ada yang kedalaman pemahamannya, mampu menjadikan dalil al-Quran hadits seperti perajin mebelar yang tinggi harganya.
Sama-sama dari kayu. Sama-sama bersumber al-Quran dan hadits, akan tetapi luarannya memiliki kualitas yang beda. Oleh sebab itu jangan berburuk sangka dan menyalahkan luaran yang berbeda walaupun sumbernya sama. Bisa saja level keilmuan dan keulamaan tokoh panutan kalian berbeda.
Makanya teruslah belajar dengan ahlinya, serta tingkatkan pemahaman dengan cara belajar kepada master dan suhunya. Baru level tukang gergaji kayu koq menuduh “bidah” ahli ukir dan perajin kayu yang hebat dan tersohor.
Selama yang diolah masih ada unsur kayu, maka luaran yang diajarkan bukan ajaran sesat. Kecuali luarannya sama sekali tidak ada unsur kayu, maka saya pun akan menyebut mereka sebagai penganut aliran lain.
Justru yang dikhawatirkan ialah menggunakan sumber al-Quran dan hadits, seperti sesorang yang ingin memanfaatkan ranting kayu untuk dibakar menjadi arang atau dijadikan bahan bakar yang dapat memanaskan serta menghanguskan lingkungan di sekitarnya.
Narasi ini mudah-mudahan bermanfaat buat kita semua untuk tetap menjaga kerukunan dan persaudaraan (ukhuwah) beragama maupun berbangsa.
Bagindo Yakub.