Opini

Covid-19 Mengintai : Sabar dan Shalat Sebagai Penolong

×

Covid-19 Mengintai : Sabar dan Shalat Sebagai Penolong

Sebarkan artikel ini

OPINI – “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu”.

Ditengah kemelut situasi sekarang ini, dimana kelangsungan hidup manusia seakan berada diambang batas. Berdasarkan data dari berbagai sumber yang ada, sudah terdapat ribuan nyawa melayang dan jutaan diantaranya berada diambang kematian yang disebabkan oleh sebuah virus yang bernama Covid-19 atau lebih dikenal dengan virus Corona.

Click Here

Dunia pun terus disibukkan akan hal tersebut, tidak terkecuali Indonesia. Berbagai kebijakanpun telah dikeluarkan. Diantaranya, lockdown dan social distance. Bahkan WHO sendiri telah mengumumkan status Pandemi untuk Covid-19.

Ditengah situasi sekarang ini, tentunya kita semua harus mengambil bagian dan tidak sepenuhnya menyerahkan kepada pemerintah atau tenaga medis untuk mengatasinya.

Paling tidak dengan mengikuti seluruh prosedur penanganan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Mulai dari menjaga jarak dan menghidari keramaian (stay in home) hingga menghindari untuk bepergian keluar daerah. Kesemuanya itu semata-mata demi kebaikan bersama.

Berat memang, apa lagi jika selama ini kita terbiasa melakukan aktivitas di luar rumah lalu tiba-tiba harus tinggal di rumah maka tentu perasaan jenuh dan bosan akan menghinggapi. Namun lagi-lagi, suka atau tidak suka semua itu harus kita lakukan.

Sekaitan dengan hal tersebut, tidak salah kiranya jika kembali merujuk pada Firman Allah di dalam Al-Qur’an. Setidaknya terdapat dua ayat pada surah yang sama, yakni Surah Al-Baqarah : 45 dan 153. Dalam ayat tersebut disebutkan bahwa “jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu”.

Mungkin kita bertanya, kenapa harus sabar dan shalat. Mari kita lihat satu persatu.

Pertama, Sabar. Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, sabar setidaknya diartikan “tahan mengahadpi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati) kemudian dapat juga berarti  tenang, tidak tergesa-gesa, tidak terburu nafsu”.

Sementara itu, menurut Prof. Dr. M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah Volume 1 khususnya dalam menafsirkan kata sabar yang terdapat pada surah Al-Baqarah ayat 45 mengatakan bahwa sabar itu artinya menahan diri dari sesuatu yang tidak berkenan di hati. Ia juga berarti ketabahan. Oleh Imam Ghazali mendefinisikan sabar sebagai ketetapan hati melaksanakan tuntunan agama menghadapi rayuan nafsu.

Secara umum, masih merujuk pada Tafsir Al-Misbah, kesabaran dapat dibagi dalam dua bagian pokok. Pertama, sabar jasmani yaitu kesabaran dalam menerima dan melaksanakan perintah-perintah keagamaan yang melibatkan anggota tubuh termasuk diantaranya sabar dalam menerima cobaan-cobaan yang menimpa jasmani seperti penyakit, penganiayaan dan semacamnya. Kedua, sabar rohani yang menyangkut kemampuan menahan kehendak nafsu yang dapat mengantar kepada kejelekan, seperti sabar menahan amarah.

Selanjutnya, masih menurut Quraish Shihab, bahwa sabar itu mencakup banyak hal; sabar menghadapi ejekan, dan rayuan, sabar melaksanakan perintah dan menjauhi larangan, sabar dalam petaka dan kesulitan, serta sabar dalam berjuang menegakkan kebenaran dan keadilan.

Kedua, Shalat. Dari segia Bahasa berarti doa, dan dari segi syariat islam adalah ucapan dan perbuatan tertentu yang dimulai dari takbir dan diakhiri dengan salam. Shalat juga mengandung pujian kepada Allah atas limpahan karunianya, mengingat Allah, dan mengingat karunia-Nya mengantar seseorang terdorong untuk melaksanakan  perintah dan menjauhi larangan-Nya serta mengantarnya tabah menerima cobaan atau tugas yang berat.

Dengan demikian, shalat membantu manusia menghadapi segala tugas dan bahkan petaka.Selain itu, shalat juga mengajarkan kita untuk disiplin waktu. Karena dalam sehari semalam kita diperintahkan untuk melaksanakan ibadah shalat sebanyak lima kali dengan waktu yang telah ditentukan.

Berangkat dari hal tersebut, dalam menyikapi wabah Covid-19 khususnya terkait kebijakan Lockdown dan Social Distance maka perlu kiranya kita semua secara bersama-sama menghadirkan kesabaran dalam diri kita. Menahan diri untuk tidak melakukan aktivitas diluar luar rumah. Karena sabar itu mengcakup banyak hal, baik secara jasmani maupun rohani. Sabar dalam melaksanakan perintah agama dan menahan kehendak nafsu yang dapat mengantarkan pada kejelekan.

Termasuk perintah agama dalam hal ini adalah mengikuti anjuran pemerintah sebagaimana dalam Al-Qur’an “Ati’ullaha wa ati’ur rasula wa ulil amri munkumtaatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan Pemimpin dinatara kamu.

Jangan sampai kita terperdaya oleh kehendak nafsu dan merasa diri hebat tidak mengindahkan anjuran untuk tetap di rumah, mengurangi kontak sosial padahal yang demikian itu adalah bagaian dari sabar secara rohani.

Meminjam istilah Ahamd Rifa’ Rif’an, Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk. Ya, boleh jadi selama ini kita terlampau sibuk dengan urusan dunia sehingga kita lupa kepada sang pencipta dan kalaupun kita ingat boleh jadi kita tempatkan pada urutan yang kesekian. Maka dengan adanya wabah Covid-19, sudah seharusnya kita kembali kepada sang khaliq. Memposisikannya pada urutan yang pertama dan yang paling utama diantara urusan-urusan yang lainnya.

Jadikan sabar dan shalat sebagai penolong. Dalam artian kita meminta pertolongan kepada Allah dengan jalan tabah dan sabar menghadapi segala tantangan dengan melaksanakan shalat. Atau dengan kata lain, kita jadikan ketabahan menghadapi segala tantangan bersama dengan shalat, yakni doa dan permohonankepada Allah sebagai sarana untuk meraih segala macam kebajikan. Demikian Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah.

Untuk menjadikan sabar dan shalat sebagai penolong memang tidaklah mudah. Bahkan Al-Qur’an sendiri telah menginformasikan hal itu. Tapi disana ada pengecualian, yaitu orang yang khusyu’. Yaitu mereka yang menekan kehendak nafsunya dan membiasakan dirinya menerima dan merasa tenang menghadapi ketentuan Allah serta selalu mengharapkan kesudahan yang baik. Ia bukanlah orang yang terperdaya oleh rayuan nafsu. Ia adalah yang mempersiapkan diri untuk menerima dan mengamalkan kebajikan.

Juga termasuk orang yang khusyuk adalah mereka takut lagi mengarahkan pandangannya kepada kesudahan segala sesuatu sehingga dengan demikian mudah baginya meminta bantuan sabar yang membutuhkan penekanan gejolak nafsu dan mudah juga baginya melaksanakan shalat kendati kewajiban ini mengharuskan disiplin waktu, serta kesucian jasmani padahal ketika itu boleh jadi ia sedang disibukkan oleh aktivitas yang menghasilkan harta atau kelezatan. Demikian Thahir Ibn ‘Asyur sebagai dikutip dalam Tafsir Al-Misbah.

Keinginan untuk tetap melaksanakan aktivitas diluar rumah dan tidak mengindahkan anjuran pemerintah untuk tetap di rumah adalah bagian dari rayuan nafsu dengan iming-iming kelezatan duniawi berupa harta. Maka dengan sabar dan shalat kita perangi gejolak nafsu yang ada dalam diri.

Kenapa harus sabar ? Karena sabar dapat mendatangkan berbagai kebaikan. Bisa kita bayangkan, jika sekiranya kita tidak dapat menahan diri untuk tetap di rumah lalu keluyuran kesana kemari dan tanpa kita sadari dari aktivitas tersebut kita terkontaminasi dengan virus Corona maka bisa dibayangkan akibat yang ditimbulkan.

Bukan hanya kita yang akan jadi korban, bahkan orang-orang tercinta yang ada disekeliling kita juga akan terpapar dan menjadi korban dari keganasan Covid-19.

Lalu kenapa harus dengan shalat ? Karena shalat dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Bukankah mencegah itu lebih baik daripada mengobadi.

Dengan kita berdiam diri di rumah memperbanyak ibadah shalat baik yang wajib maupun yang Sunnah, memohon kepada Allah agar segera mengangkat dan menghindarkan bangsa kita dari musibah ini maka secara tidak langsung kita telah turut serta membantu pemerintah memerangi Covid-19.

Hal ini juga memberikan kita kesempatan untuk dapat berinteraksi dengan Allah secara lebih tenang karena boleh jadi selama ini kita berinteraksi dengan Allah hanya sekedarnya saja saat melaksanakan ibadah shalat.

Melalui ibadah shalat juga, maka rasa khawatir dan was-was akan dampak wabah Covid-19 bisa kita minimalisir. Karena shalat dapat memberi ketenangan dan kedamaian hati.

Memohon pertolongan kepada Allah merupakan ikrar yang selalu kita lafadzkan dalam setiap ibadah shalat, “hanya kepada-Mu-lah kami menyembah dan hanya kepada-Mu-lah kami memohon pertolongan”. Agar permohonan kita diterima oleh Allah, tentu harus mengikuti  tuntunan dan petunjuk-Nya.

Salah satu dari petunjuk-Nya dalam memohon pertolongan adalah dengan senantiasa bersikap sabar dan memperkuat hubungan baik dengan-Nya dengan menjaga shalat yang berkualitas. Darisinilah sehingga shalat dapat menjadi cermin dari penghambaan kita yang tulus kepada Allah.

Memohon kepada Allah agar wabah Covid-19 dapat segera berlalu tentu harus disertai dengan ikhtiar dan kesabaran. Salah satu ikhtiar yang telah ditempuh oleh pemerintah adalah dengan memberlakukan Lockdown dan Social Distance.

Maka kita sebagai orang yang beragama, sebagai bentuk kecintaan terhadap bangsa dan negara tentu kita harus menaati hal tersebutdengan penuh kesadaran dan kesabaran. Semoga dengan hal tersebut kita secara bersama-sama dapat melewati musibah ini. Aamiin.

Wallau ‘Alam….

Penulis : Syahrul Afandi (Penghulu KUA Kec. Tana Lia)

Eksplorasi konten lain dari Sekilas Indonesia

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan Membaca

%d