GOWA, SEKILAS INDONESIA- Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu (HMJ) Al-Qur’an dan Tafsir Hadis melakukan kerja sama dengan Ikatan Mahasiswa DDI (IMDI) melaksanakan kegiatan seminar nasional yang ditempatkan di gedung auditorium UIN Alauddin Makassar, pada kamis (20/9/2018).
Seminar nasional merupakan kegiatan yang bersifat legal untuk di ikuti dilintas dunia pendidikan terkhusus lagi pada para mahasiswa. Adapun tema seminar nasional tersebut adalah “politik dan pluralitas agama”.
Dalam kegiatan ini di hadiri empat narasumber diantaranya Dr. Firdaus muhammad MA (dosen uin Alauddin Makassar), Misbah al Mubarak Tomlycho selaku (presiden pascasarjana PTIQ Jakarta) juga merupakan alumni uin alauddin makassar, Dr. John c. Simon, M. Hum (pendeta) dan Erfan sutono, s. Ft,physio.m.H juga selaku (ketua muda Khonghucu)
“kegiatan ini sangat bagus karena kita bisa mempertemukan pakar agama, ada pendeta, khonghucu juga pakar agama Islam untuk silaturahmi juga membahas mengenai politik dan pluralitas.
Setiap agama akan memiliki pandangan yang berbeda terkait politik dan setiap agama pula mengajarkan tentang kedamaian, kesatuan ataupun kebaikan hanya saja yang membedakan karena kita sebagi umat Islam yang memiliki keyakinan dan praktik ibadah yang berbeda” ucap dari Abdullah thalib M. Ag sebagai dekan III fakultas ushuluddin filsafat dan politik.
Dr. John. Simon dalam ucapannya “bahwa politik akan mengajarkan bagaimana kita bisa meraih kekuasaan yang secara murni, sementara agama akan mengajarkan untuk bagaimana manusia lebih giat melakukan hal-hal yang sifatnya tidak bertentangan dalam setiap agama”
Di indonesia banyak ragam budaya, suku, ras dan agama namun tetap satu dalam kaca mata Binneka tunggalika sehingga indonesia di akui oleh orang-orang barat sangat kuat dari segi kebersatuan dan kebersamaannya.
Erfan sutono ketua muda khonghucu dalam ucapnya ” politik bukan dan agama hadir bukan untuk memecahkan,tetapi datang untuk memperkuat kita punya ideologi yang berbeda dan itulah indonesia (NKRI).
Sementara Misbah al Mubarak dalam penjelasannya”bahwa politik dan agama memang dapat dijadikan pemecah oleh para penganut agama yang fanatik, hanya karna persoalan sepele saja seperti kasus Anies dan Ahok, munculnya gerakan 212, lempar-lempar isu sehingga hal yang kecil bisa jadi masalah besar”
Firdaus muhammad MA. Juga menekankan bahwa, membahas politik itu tidak ada habis-habisnya, jadi pluralitas agama adalah pemersatu dan diakui keberadaannya lalu kemudian pada kenyataannya kehidupan yang kita lalui sebenarnya kalau dalam persfektif politik memang perlu dibangun politik.
Politik dengan mengaitkan agama itu kemudian adapat membangkitkan jiwa semangat untuk melakukan apa yang jadi kegelisahan kita mencocokkan apasih kaitan politik dan agama, papar firdaus muhammad MA.
Penulis : Firman
Editor : AR