PANGKALPINANG – Molornya pekerjaan pembangunan Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUD Depati Bahrin senilai Rp 14,7 miliyar menjadi sorotan beberapa pihak. Terkonfirmasi Dit Krimsus Polda Babel berjanji akan mengkaji informasi-informasi yang sudah masuk terkait proyek yang dikerjakan oleh PT. Garuda Catur Kencana (GCK)asal Sidoarjo Jawa Timur tersebut. Molornya pekerjaan IBS RSUD ini pun tak pelak menjadikan PT. Garuda Catur Kencana tersorot. Pasalnya Pada 2019 lalu PT. Garuda Catur Kencana ini juga gagal menyelesaikan proyek pembangunan laboratorium basket indoor Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Bahkan hingga diberitakan oleh media pada Februari 2020, pekerjaan PT. GCK dikabarkan senilai Rp 10.125.551 di Surabaya tersebut mangkrak.
“Terimakasih infonya mas. Kita akan kaji informasi ini, terima kasih ya,” ujar Dirkrimsus Polda Babel Kombespol Haryo Sugihartono kepada wartawan Rabu (16/12/20) siang.
Terpisah, penggiat anti korupsi Babel Hadi Susilo mengatakan ikut menyoroti molornya pekerjaan ini. Ketua LSM Aliansi Masyarakat Anti Korupsi (AMAK) Babel ini menilai ada keanehan dengan munculnya PT. Garuda Catur Kencana selaku pemenang tender. Padahah menurut Hadi Susilo, PT. GCK mempunyai catatan mengerjakan pekerjaan molor di tahun sebelumnya.
“Saya akan turun bersama tim untuk menginvestigasi. Ada apa dengan proses lelang pekerjaan ini. Seolah-olah tidak ada kontraktor yang lain yang lebih mumpuni. Gagalnya PT. Garuda Catur Kencana dalam penyelesaian pekerjaan tepat waktu, laboratorium basket indoor Universitas Negeri Surabaya pada tahun 2019 seharusnya menjadi catatan yang penting dipertimbangkan. Sehingga pekerjaan molor seperti ini tidak terulang lagi. Harus ada sanki yang jelas bagi perusahaan seperti ini, salah satunya dengan tidak meloloskan dalam tender. Tapi ternyata bisa lolos, ada apa ini. Karena sudah bukan rahasia lagi yang namanya pinjam meminjam bendera dalam pekerjaan jasa konstruksi,” cerocos pria yang kerap mendemo Kejaksaan ini.
Lebih jauh Hadi Susilo juga menyoroti alasan yang disampaikan oleh perwakilan PT. Garuda Catur Kencana yang menyasar pandemi Covid-19 sebagai pemicu. Hadi Susilo mengatakan alaan tersebut tidak relevan jika melihat fakta molornya pekerjaan laboratorium basket indoor Universitas Negeri Surabaya tahun 2019.
“Kalau alasannya molor pekerjaan karena Covid-19, itu tidak relevan jika melihat fakta bahwa pekerjaan laboratorium basket indoor Universitas Negeri Surabaya pada tahun 2019 juga molor. Pertama, pekerjaan tersebut di Surabaya yang nota bene berada di provinsi. Jarak tempuh antara Sidoarjo yang menjadi kantor pusat PT. Garuda Catur Kencana dengan Kota Surabaya itu sekitar 50 menit. Dan yang harus diingat adalah, tahun 2019 belum ada pandemic Covid-19. Ternyata proyek senilai Rp 10 miliyar tersebut diberitakan mangkrak hingga Februari 2019. Jadi kalau alasan pandemic Covid-19, serta jarak antara Sidoarjo dan Babel yang jadi alasan, rasanya terlalu kebetulan. Jadi diduga ada sesuatunya, dan kami akan bongkar dugaan ini,” Tandas Hadi.
Sementara itu, Kajati Babel hingga berita ini diturunkan masih dalam upaya konfirmasi. Pesan konfirmasi yang disampaikan wartawan belum mendapat jawaban dari Kajati Babel, I Made Suarnawan.
Reporter : Budi / Tim