TAKALAR, SEKILASINDO – Perjuangan orang tua untuk buah hatinya tak bisa di balas dengan mudah, karena kasih sayang mereka tak pernah luntur hingga akhir hayat.
Seperti halnya Muna Daeng Tarring perempuan berusia 40 Tahun warga dusun Balang Desa Bontomanai, Kecamatan Mangarabombang.
Daeng Tarring dikenal sebagai sosok yang baik di kalangan masyarakat luas, dimana kehidupan Daeng Tarring sangat memperhatikan dan butuh uluran dari pemeritah.
Di usia yang terbilang masih mudah kini harus mengais nafkah dengan seorang diri demi menghidupi sang buah hatinya yang tercinta.
Yakni Rosdiana bersama Rosdiani merupakan anak kembar dari Daeng Tarring, di saat usia yang masih Balita, Rosdiana bersama saudara kembarnya harus kehilangan sosok seorang ayah yang mereka cintai.
Ayah yang selama ini mencarikan nafkah buat mereka harus menghadap ke sang pencipta ketika usia mereka baru Dua Tahun. Beruntung masih ada ibu yang tak kenal lelah mencarikan nafkah untuk penyambung hidupnya.
Namun tak lama kemudian ibu yang selama ini, juga menjadi ayah dari keluarga mereka yang merupakan tulang punggung satu-satunya akhirnya menderita penyakit stroke sehingga harus terbaring lemas dan tidak bisa berjalan dan berbicara seperti orang normal pada umumnya hingga sampai saat ini.
Betul kata pepatah bahwa sesuatu yang terlalu bagus dalam kenyataan itu tidak mungkin. Dimana selama 7 Tahun sakit keras tak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah hanya saja mereka selalu di data dan di janji dengan kata-kata yang begitu indah dan pasti namun semua tidak sesuai dengan kenyataan yang mana selama 17 Tahun silam sejak ayah mereka meninggal dunia 17 tahun lalu tidak pernah dibantu.
Kini ke dua anaknya Rosdiana bersama Rosdiani sudah dewasa dan bekerja sebagai Satpol PP namun saja gaji mereka belum bisa mencukupi kesehari-hariannya apa lagi untuk pengobatan ibu mereka, dimana gaji yang mereka terima Rp.150.000 perbulan, itu pun mereka terima setelah dua bulan bekerja.
Seperti yang di jelaskan oleh Daeng Ti’no yang merupakan ibu dari Daeng Tarring.
“Sejak suami Daeng Tarring meninggal 17 tahun lalu tidak pernah mendapat bantuan, dan hanya didata difoto dan dijanji-janji namun hingga sekarang tak juga ada yang membuktikan perkataan mereka,” ungkap Daeng Ti’no.
Bahkan atap dari rumahnya hanya sumbangan dari tetangganya bahkan beras juga
“Terkadang saya menangis ketika hujan turun ketika melihat kondisi tempat tidurnya basah,” tukasnya.
“Saya sebagai orang tua dari Daeng Taring berani berkata bahwa bantuan pemerintah belum tepat sasaran, sehingga harus betul-turun melihat kondisi masyarakat yang terbilang miskin. Jangan beraninya cuma di mulut dan berbicara di media tapi buktikan secara langsung, sebab bantuan itu diperuntuhkan kepada orang miskin bukan orang yang sudah terbilang mampu,” tutupnya.(Araswandi)