Hot News

Warga Sekitar KIBA Bantaeng Keluhkan Dampak Debu Tambang yang Mengancam Kesehatan

×

Warga Sekitar KIBA Bantaeng Keluhkan Dampak Debu Tambang yang Mengancam Kesehatan

Sebarkan artikel ini

BANTAENG-Sejumlah warga yang tinggal di sekitar Kawasan Industri Bantaeng (KIBA), Kecamatan Pajjukukang, mengeluhkan dampak debu dari aktivitas smelter yang dinilai membahayakan kesehatan mereka.

Salah seorang warga Desa Papan Loe, Ati, mengatakan bahwa debu yang berasal dari smelter sering kali mengganggu kesehatan warga, termasuk dirinya yang sering mengalami batuk.

Click Here

“Banyak warga di sini yang mengeluh batuk-batuk, sakit ulu hati, bahkan sakit kepala. Tapi mau bagaimana lagi, ini adalah tempat tinggal kami. Debu-debu itu masuk ke tenggorokan, membuat saya batuk terus,” ungkapnya (28/11/2024).

Ati juga menambahkan bahwa demi menjaga kesehatan, ia harus sangat berhati-hati dengan makanan yang dikonsumsinya. “Kalau makan, harus ditutup rapat, karena kalau tidak, nasi saya jadi berdebu,” ujarnya.

Keluhan serupa juga disampaikan oleh Zikri, warga Dusun Mawang. Ia mengaku sering mengalami batuk dan demam, serta mendapati nasi yang dimasak istrinya juga terpapar debu meski sudah ditutup rapat.

“Saya sering batuk-batuk dan demam. Bahkan nasi yang dimasak istri saya tetap kemasukan debu walaupun sudah ditutup. Ini yang kami rasakan, debu ini bisa membawa penyakit,” kata Zikri (28/11/2024).

Dr. Jamal, Spesialis Paru dari Departemen Pulmonologi Universitas Hasanuddin, menjelaskan bahwa masyarakat yang tinggal dekat area tambang sangat rentan terkena gangguan saluran pernapasan, terutama jika terpapar debu dalam waktu lama.

“Paparan debu yang terus-menerus dapat memengaruhi siapa saja, terutama mereka yang memiliki riwayat penyakit pernapasan, seperti asma atau sesak napas,” jelasnya (27/12/2024).

Dr. Jamal menambahkan, debu dapat menyebabkan masalah pernapasan jangka pendek, seperti batuk, sakit tenggorokan, dan asma yang sering kambuh.

Dalam jangka panjang, dampaknya bisa lebih serius, seperti Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) yang tidak dapat disembuhkan.

Fenomena serupa juga ditemukan dalam penelitian yang dipublikasikan di academia.edu, berjudul “Dampak Pertambangan Batubara Terhadap Kesehatan Masyarakat Sekitar Pertambangan Batubara”.

Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa masyarakat yang tinggal di sekitar pertambangan batubara rentan terhadap berbagai gangguan kesehatan seperti batuk, pilek, sesak napas, dan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), yang sebagian besar dipicu oleh debu dari kegiatan penggalian dan pengangkutan batubara.

Di sisi lain, Koordinator Staf Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Bantaeng menyarankan agar perusahaan tambang mempertimbangkan pembuatan area hijau di sekitar kawasan industri.

“Jangan seluruh lahan 3200 hektar itu digunakan untuk kegiatan industri, sisakan sebagian untuk kawasan hijau yang dapat mengurangi dampak debu,” ujarnya (28/11/2024).

Ia juga menyarankan agar warga yang terpapar dampak debu berat mempertimbangkan untuk pindah ke lokasi yang lebih aman, jika memungkinkan.

“Jika ada pemukiman yang lebih layak dan memungkinkan, alangkah baiknya untuk segera pindah,” katanya.

Ati berharap agar segera diberikan solusi oleh perusahaan tambang, termasuk kemungkinan untuk relokasi.

8″Harapan saya, jika memang ada solusi, sebaiknya kami dipindahkan ke tempat yang lebih aman dari dampak debu ini,” pungkasnya.

Reporter: Andika Asb
Penulis: M. Nur Fathun Na’im Syaiful, Mahasiswa Jurnalistik UIN Alauddin Makassar

 

Eksplorasi konten lain dari Sekilas Indonesia

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca