Pendidikan

Inovasi Pakan Ikan Mendukung Kemandirian Kelompok Nelayan Pesisir Maros

×

Inovasi Pakan Ikan Mendukung Kemandirian Kelompok Nelayan Pesisir Maros

Sebarkan artikel ini

MAROS – Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) dari Universitas Negeri Makassar (UNM) melaksanakan Program Kemitraan Masyarakat (PKM) di Desa Ampekale, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, (22/7/2025).

Dalam kegiatan ini, tim dosen UNM bermitra dengan Kelompok Usaha Bersama (KUB) Binanga Sangkara II.  Kegiatan PKM ini berjudul “Inovasi Pakan Ikan Dan Teknologi Mesin Cetak Pelet Untuk Peningkatan Kemandirian Kelompok Nelayan Desa Ampekale Kecamatan Bontoa Kabupaten Maros” Program ini bertujuan untuk memberikan sosialisasi dan pelatihan pembuatan pakan ikan berbentuk pelet, dengan bahan-bahan yang mudah diperoleh dari lingkungan pesisir.

Click Here

Tim pengabdi dari UNM terdiri atas Muhammad Faisal Juanda, S.Si., M.Pd. dari Fakultas MIPA sebagai ketua tim, dengan anggota Muhammad Nur Alam, S.Si., M.Si. (Fakultas MIPA) dan Jusran, S.TP., M.Si. (Fakultas Teknik). Mahasiswa yang turut dilibatkan dalam kegiatan ini adalah Muhammad Fahri dan Anita Maharani Indrawan dari Fakultas MIPA. Adapun mitra kegiatan, KUB Binanga Sangkara II, diketuai oleh Rusman.

Program ini didanai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Tahun 2025. Tim pengabdi menyerahkan mesin penepung dan mesin cetak pelet, masing-masing dilengkapi penggerak bensin. Mesin penepung digunakan untuk menghaluskan bahan-bahan kasar seperti cangkang kepiting rajungan, ikan kering, dan bahan lain yang belum bisa langsung dicetak menjadi pelet.

Sementara itu, mesin pencetak pelet digunakan untuk menghasilkan pelet dengan ukuran bervariasi, dari 3 mm hingga 8 mm. Tim juga memberikan pelatihan formulasi pakan ikan, termasuk pemanfaatan bahan-bahan lokal, serta pengenalan vitamin dan suplemen perikanan.

Bahan-bahan utama yang digunakan sangat mudah diperoleh masyarakat pesisir, di antaranya dedak atau bekatul yang merupakan limbah dari pabrik penggilingan beras, tepung jagung yang berasal dari produk sampingan penggilingan jagung, serta tepung cangkang kepiting rajungan yang diperoleh dari limbah pengolahan kepiting.

Selain itu, digunakan pula tepung ikan yang berasal dari ikan rucah yang kurang memiliki nilai jual. Adapun tepung tapioka atau kanji yang berfungsi sebagai bahan pengikat agar pelet tidak mudah hancur saat dibentuk. Untuk menambah nilai gizi, bahan pelet juga diberi tambahan vitamin dan suplemen, lalu difermentasi selama dua hari menggunakan mikroorganisme, sehingga struktur nutrien menjadi lebih mudah dicerna oleh ikan.

Ketua tim pengabdian, Bapak Faisal, dalam sambutannya mengatakan, “Semoga kehadiran kami dengan membawa alat penepung dan pencetak pelet bagi masyarakat Desa Ampekale bisa bermanfaat dan lebih meningkatkan kemandirian kelompok nelayan. Selain itu, cangkang kepiting yang selama ini menjadi limbah dan ikan rucah yang kurang benilai ekonomis akan lebih bermanfaat kedepannya jika diolah menjadi pakan ikan.”

Adanya Inovasi pakan dan teknologi mesin cetak pelet diharapakan mewujudkan asta cita 2 yaitu Memantapkan sistem pertahanan keamanan negara dan mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi, air, ekonomi kreatif, ekonomi hijau, dan ekonomi biru. Pelatihan dan pemanfaatan bahan lokal seperti cangkang kepiting dan ikan rucah dapat mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) yang terkait adalah ekosistem lautan (SDGs 14) dan Industri, Inovasi dan Infrastruktur (SDGs 9).

Indikator Kinerja Utama (IKU) yang terkait adalah Mahasiswa Mendapat Pengalaman di Luar Kampus (IKU 2) dan Hasil Kerja Dosen Digunakan Oleh Masyarakat Atau Mendapat Rekognisi Internasional (IKU 5). Lewat program ini pula, terwujudnya DIKTISAINTEK BERDAMPAK dengan menghadirkan dampak nyata pendidikan tinggi bagi masyarakat dan kemajuan bangsa.

Melalui kegiatan ini, diharapkan masyarakat pesisir dapat mandiri dalam memproduksi pakan ikan, mengurangi ketergantungan pada pakan pabrikan, serta memanfaatkan limbah lokal seperti cangkang kepiting dan ikan rucah menjadi produk bernilai ekonomis. “Kami sangat berterima kasih kepada Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi bersama Universitas Negeri Makassar atas pelaksanaan program ini. Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi kelompok nelayan di Desa Ampekale,” ujar Ketua KUB Binanga Sangkara II, Rusman, di akhir kegiatan.

Eksplorasi konten lain dari Sekilas Indonesia

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca