Daerah

Harapan Kemajuan Pertanian di Tengah Pandemi

×

Harapan Kemajuan Pertanian di Tengah Pandemi

Sebarkan artikel ini

Oleh :
R.S Soeroyo. Jr
Mahasiswa Program Doktor Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan IPB University

SEKILASINDONESIA.ID, OPINI – Akhir di guncang oleh badai Pandemi Covid-19 yang mulanya ditemukan di Kota Wuhan, China. Covid-19 ini langsung menyerang ribuan manusia di dunia dalam waktu yang singkat. Seiring berjalannya waktu, virus tersebut menyebar luas ke banyak negara hingga menyebabkan berbagai aktivitas kehidupan pun terganggu bahkan terjadi kelumpuhan. Dampak dari Pandemi Covid-19 bukan hanya terhadap kesehatan saja, namun juga terhadap ekonomi negara yang mengakibatkan kestabilan negara menjadi terganggu. Tercatat, di awal tahun 2020, banyak negara besar yang merosot tajam pertumbuhan ekonomi nya seperti Amerika Serikat (0,3%), China (-6,8%), Jepang (-2,2%), Jerman (-2,3%), dan Inggris (-1,6%).

Click Here

Akibat dari banyak negara yang mengalami kemorosotan pertumbuhan ekonominya, berdampak pada aktivitas perkonomian kepada negara negara lain. Apalagi bagi negara yang sangat ketergantungan melakukan jual beli barang antar negara / ekspor-impor. Hambatan ini disebabkan oleh beberapa negara yang menerapkan LockDown sehingga tidak akan mungkin bisa ada proses masuk dan keluar nya dari negara tersebut.

Bagaimana dengan Indonesia?

Indonesia adalah salah satu negara yang tentu terkena imbas dari adanya Pandemi Covid-19. Temuan kasus pertama positif covid-19 di Indonesia, terjadi pada bulan awal Maret 2020. Tentu hal tersebut menambah pekerjaan besar bagi negara ini. Selain persoalan kesehatan, ekonomi Indonesia di triwulan 1 tahun 2020 mendapatkan nilai pertumbuhan ekonomi sebesar 2,97%. Jika dilihat dari persentase dengan negara lain memang masih cukup baik, akan tetapi menjadi peringatan keras karena hampir seluruhnya sektor turun melambat keseluruhan. Hal ini disebabkan oleh turunnya permintaan global dan domestik serta diiringi dengan melemahnya harga komoditas internasional.
Menurut Suryo Utomo (Dirjen Pajak Kementerian Keuangan RI), setidaknya ada 3 dampak besar covid-19 terhadap ekonomi Indonesia. Pertama, membuat konsumsi rumah tangga yang selama ini menopang ekonomi 60% jatuh cukup dalam. Hal tersebut tercatat dalam data Badan Pusat Statistik yang menyebutkan bahwa kuartal 1 2019 sebesar 5,02% lalu kuartal 1 2020 menjadi 2,84%. Kedua, adanya ketidakpastian yang berkepanjangan sehingga membuat nilai investasi melemah dan berimplikasi pada terhentinya usaha. Ketiga, lemah nya nilai ekonomi dunia yang berakibat pada penurunan harga komoditas dan terhambatnya ekspor ke negara luar.
Seiring berjalannya Pandemi ini hingga akhir tahun 2020, Indonesia terus memikirkan beragam solusi agar pertumbuhan ekonomi negara ini meningkat. Namun, yang terjadi adalah pada Triwulan 2 pertumbuhan ekonomi merosot tajam sebesar -5,32%. Untuk Triwulan 3, tercatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar -3,49% yang menyebabkan Indonesia mengalami resesi.

Dampak terhadap Pertanian
Menurunnya pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga terjadi resesi dan banyak negara yang tumbang ekonominya, membuat kita terpikirkan akan satu sektor yang perlu diperhatikan. Sektor tersebut adalah Pertanian. Sektor ini adalah sektor yang paling sakral mengingat Bung Karno pernah mengatakan bahwa Pangan adalah hidup matinya suatu Bangsa.

Dampak terhadap Pertanian begitu nyata, Indonesia sulit untuk mengimpor beberapa komoditi yang selama ini menjadi kekurangan seperti beras, gandum, bawang putih hingga daging konsumsi. Selain impor, Indonesia sulit untuk mengekspor komoditi unggulannya. Hal ini disebabkan karena proses distribusi yang terhambat akibat banyaknya kebijakan LockDown yang dilakukan oleh banyak negara.

Selanjutnya, yang menjadi persoalan adalah bagaimana Indonesia mampu memenuhi kebutuhan Pangan Nasional selama Pandemi?.

Jika dilihat dari beberapa tahun silam, Indonesia masih ketergantungan pangan oleh negara lain yang ditandai adanya angka impor yang cukup tinggi pada beberapa komoditi. Pandemi ini seharusnya menjadi peringatan keras agar Indonesia lebih serius mengurusi soal pangan untuk kelangsungan hidup 270 juta rakyatnya. Padahal, jika dilihat dari Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal 2 dan 3, sektor pertanian adalah sektor yang mampu menyumbang persentase tertinggi diantara sektor sektor lain dengan masing masing sebesar 2,19% dan 2,15%. Artinya, sektor Pertanian adalah sektor yang pasti dibutuhkan oleh manusia. Dari kasus ini, Indonesia seharusnya lebih serius lagi dalam mengurusi urusan pangan.
Jika melihat respon pemerintah terhadap urusan pangan, Presiden Jokowi langsung membuat proyek besar untuk urusan pangan yaitu membuat kawasan terpadu yang dipergunakan untuk menghasilkan beberapa komoditi pangan lebih banyak lagi. Program tersebut adalah Food Estate. Untuk menjalankan food estate, Presiden Jokowi menunjuk Kementerian Pertahanan sebagai leading sector program ini. Diikuti oleh Kementerian Pertanian yang melakukan inovasi inovasinya agar mampu meningkatkan produktivitas hasil produk pertanian.

Seberapa besar pengaruh Food Estate?
Program Food Estate fokus dilakukan di Provinsi Kalimantan Tengah, tepatnya di kabupaten Kapuas dan Kabupaten Pulau Pisang. Luas areal yang disiapkan sebesar 165.000 hektar yang didalamnya termasuk areal tanam dan jaringan irigasi. Program ini diharapkan mampu meningkatkan hasil produksi pertanian dan menjadi cadangan pangan Nasional agar Indonesia tidak mengalami krisis pangan Nasional, apalagi saat masa masa Pandemi seperti ini.

Program ini nantinya akan ditanami tanaman seperti padi, singkong, dan jagung yang bisa dikatakan sebagai komoditi utama untuk masyarakat Indonesia. Namun, program ini tidak serta merta mendapat dukungan begitu saja. Sebagai contoh, Danil Johan Wakil Ketua Komisi IV DPR RI mengkritik program Food Estate ini karena areal lahan Gambut di kawasan Kalimantan Tengah kurang cocok ditanami beberapa komoditi pertanian dan lebih memilih untuk dipilih lahan yang cocok untuk ditanam.

Dilihat dari perkembangan saat ini, Program Foord Estate ternyata mulai melebarkan sayapnya di daerah daerah lain. Presiden Jokowi merencanakan adanya penambahan wilayah untuk program ini seperti di Sumatera Utara, NTT, Sumatera Selatan, dan Papua. Namun, fokus utama tetap di Kalimantan Tengah dan Sumatera Utara.
Tentu program Food Estate ini menjadi harapan besar bagi masyarakat Indonesia agar Indonesia mampu memenuhi kebutuhan Pangan Nasional dan tidak membuat masyarakat cemas akan kelangkaan pangan. Food Estate bisa menjadi solusi untuk meningkatkan hasil produksi pertanian. Namun juga perlu diperhatikan mengenai inovasi teknologi dan kondisi lahan agar produktivitas yang dihasilkan nanti bisa lebih tinggi dari sebelumnya.

Reporter : Usep

Eksplorasi konten lain dari Sekilas Indonesia

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca