Opini

Rajiun Tumada dan Oligarki, RT Adalah Kita

×

Rajiun Tumada dan Oligarki, RT Adalah Kita

Sebarkan artikel ini
Foto: Bupati Mubar, La Ode M. Rajiun Tumada. Foto/Sacriel

OPINI-Bagai gledek di siang bolong. Kira-kira seperti itu sosok RT dimata oligarki.

Tema Oligarki di tanah Wuna, barangkali asing bagi masyarakatnya. Ya, karena kita nyaris tak merasakan adanya mereka meskipun, mereka nyata di hadapan kita.

Click Here

Saya tertarik menulis esei ini karena stigma-stigma tak wajar disematkan pada sosok RT. Tetapi, ini bukanlah suatu keberpihakan melainkan suatu narasi biasa yang terbuka untuk didebat.

Barangkali, masih hangat diingatan kita jikalau tidak, mari kita panasi lagi seperti kadada katembe biar nopera disonde.

Sang ingat sewaktu RT bertarung di Pilkada Mubar, saat itu RT dikatai sebagai “anak rakyat yang meRaja” sementara sang rival disebut “anak pejabat yang merakyat”. Hmmm…!!! Aini beano, semacam rasa paria tanpa bumbu. Jujur saja, mata saya berbinar-binar oleh tetesan air mata saat membaca meme ejekan itu.

Sedihnya, banyak yang mengamini meme itu. Sulit juga kalau logika dibolak balik seperti lagu Peterpan kaki di kepala, kepala di kaki.

Mari, kita kembalikan kepala kita pada tempatnya, sebagai alat berpikir. RT itu adalah anak seorang guru dan memiliki BUANYAAAK saudara. Masa balita RT itu, ada di kampung Labongkuru. Kampoeng lama yang tanahnya merah merona.

Saya ingat, nenek Saya pernah cerita, gubuk panggung RT di Labongkuru pernah terbakar saat RT masih balita. RT kecil ada di dalam rumah saat semua orang sudah keluar. Syukurnya Alm. La Ode Ilaihi sigap kembali menyelematkan RT kecil dari lalapan kakak jago-jago merah. Jika tidak, maka tidak ada fenomena RT seperti saat ini.

Masa kecil RT banyak bermain di kali Jompi. Nenek Sy (Almh. Wa Ode Amuri) biasa memberikan onde2, atau ladu-ladu kepada RT dan kakaknya La Ode Ruwaeda saat bermain-bermain di kali Jompi.

Rupanya, RT itu sama seperti kita ya?. Beliau tidak lahir di Istana, beliau tidak jatuh dari langit kekuasaan. Ia adalah kita. Sama seperti masa kanak-kanak kita yang bergumul dengan alam Wuna yang indah ini.

Masa muda RT itu, banyak di luar daerah. Beliau susah payah hidup di tanah rantau. Kadang mengandalkan fisik demi bertahan hidup. Mirip-mirip dengan ‘legenda’ aktivis Kendari yang sebagian mungkin, sudah lupa bagaimana sulitnya hidup di tanah rantau.

Lucu toh pis, kalau RT disandingkan dengan anak-anak pejabat yang lahir di helikopter kemudian disebut merakyat. Pica-pica logika kita Pis…!!!

Sekarang, kita masuk pada topik utama Oligarki. Pis…siapa-siapakah yang berkuasa di tanah Muna ini sejak bergabung dgn NKRI? Coba cek-cek juga itu siapa-siapa mereka. Mereka-mereka yang tidak mengenal sulitnya hidup ini. Kuliah dengan nyaman, jadi Sarjana langsung jdi kontraktor, setelah itu jadi anggota DPR ehhh… Jadi Bupati lagi. Ingka mereka2 terus paleng Pis dih. Ko mau jadi pejabat lewat tangan mereka, ko mau jadi politisi mereka punya putra mahkota masing-masing. Ha ha ha… kita jadi dayang-dayang mereka saja kalau begitu.

Muna ini kasian, sejak dahulu sampai sekarang hanya mereka-mereka saja. RT itu bukan kadernya mereka Pis…!!! bukan juga bagian dari mereka. RT itu sama seperti  kita. Orang yang masa mudanya itu berpikir mau makan apalagi besok. Isi perutnya RT muda itu, kambose, mafusau, Kabuto, katumbu, kapinda, banggai, tamba roo kapaeyanya.

RT yang sekarang itu beda Pis…!!! Beliau sudah jadi Bupati dan punya kekuatan. RT itu Pis…jadi pemimpin bukan dikader sama omnya Pis…!!Beliau jadi Bupati dan pemimpin itu, karena ditempa sama alam bukan jatuh dari langit kekuasaan.

RT itu sama seperti La Mpunu atau La Ege. Bisa jadi anda atau tetangga anda. Yang masa kanak-kanaknya itu nesinala, netongku sau, nekabua we laa atau bahasa kerennya RT itu, is a Pagalu.

Jadi, jangan sebut-sebut lagi RT itu “anak rakyat yang meRaja” karena RT itu adalah anda, dan kita yglang Allah SWT berikan haknya menjadi pemimpin.

Ingat Pis, dalam riwayat sejarah bangsa Indonesia…!!! Pemimpin itu naturalnya adalah guru. Contoh Bung Karno, Bung Hata, Jend. Besar Soedirman. Mereka semua itu adalah guru. Jadi, jangan ko tertawakan lagi bilang RT itu S.Pd yang tidak cocok jadi Bupati eh…!!!

Munculnya RT sebagai tokoh di tanah Wuna ini, merupakan suatu yang berdaya ledak mendobrak dan menggugat kemapanan elite dan oligarki. RT itu adalah contoh bahwa, anda yang merupakan anak dari keluarga sederhana dan sulit, dapat menjadi pemimpin. Hadirnya RT yang mengobrak abrik kemapanan elite oligarki adalah citra masa depan anda semua bahwa, anda  yang anak orang biasa boleh bercita-cita untuk menjadi pemimpin Muna di masa depan.

Bahwa, kita semua memiliki hak yang sama di atas wite barakati ini

Esei ini, bukan untuk mengkampanyekan RT sebagai calon Bupati. Tetapi, untuk membawa kita semua agar adil dalam memaknai.

Mau pilih RE, SU, atau RT itu hak konstitusional dan urusan individu masing-masing. Saya percaya mereka punya kekurangan dan kelebihan masing-masing. Tapi, tolong…Rasionalah dalam membuat narasi.

Ayo roghu kahawamu dan bebaskan akal kita!

Penulis: La Ode Rachmad Sabdin Andisiri (Dosen Muda Universitas Halu Oleo)

Eksplorasi konten lain dari Sekilas Indonesia

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca