MERAWANG, SEKILASINDO.COM–
Warga Desa Merawang, Kecamatan Merawang Kabupaten, Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menggelar Sembahyang Rebut yang bertepatan setiap tanggal 15 bulan China pada Hari Kamis, (15/08/2019) malam di setiap tempat Ibadah seperti Kelenteng.
Diketahui, Adat kepercayaan warga Tionghoa mempercayai bahwa pada tanggal 15 bulan 7 tahun imlek (Chit Ngiat Pan), pintu akhirat terbuka lebar dimana arwah-arwah yang berada di dalamnya keluar dan bergentayangan.
Hadir dalam acara tersebut Anggota DPR RI terpilih Tahun ini periode 2019-2024, Bambang Patijaya, Direktur CV.BMM. Yanto/angiat dan Kepala Desa Merawang.
Aliong, selaku Ketua Panitia acara tersebut warga Desa Merawang kepada wartawan menjelaskan bahwa acara ini merupakan adat istiadat Kami yang dilakukan setiap pada tanggal 15 Tahun China dirayakan.
Menurut kepercayaan Tionghoa Arwah-arwah turun ke dunia dengan keadaan terlantar dan tidak terawat, sehingga para manusia akan menyiapkan ritual khusus untuk diberikan kepada mereka berupa pemberian bekal, seperti makanan, minuman dan buah-buahan,”Ungkap Aliong
Lanjut ia menjelaskan, “Selain itu juga disediakan rumah-rumahan yang terbuat dari kertas, uang dari kertas dan baju-baju dari kertas pula yang memang diperuntukkan bagi para arwah,”Jelasnya.
“Oleh sebab itu setiap tanggal 15 bulan 7 tahun imlek (Chiat Ngiat Pan), warga Tionghoa di Provinsi Bangka Belitung selalu mengadakan ritual sembayang rebut atau yang sering disebut Chiong Si Ku di setiap kuil dan kelenteng dimana puluhan umat memberikan penghormatan yang diiringi dengan panjatan doa keselamatan dan keberkahannya,”Pungkasnya.
Selain dikunjungi oleh warga Tionghoa yang memang ingin mengikuti ritual sembahyang, juga datang warga lainnya yang memang sekedar ingin menyaksikan ritual yang dipenuhi dengan nuansa mistis ini dengan berbagai keunikan lainnya,”Tegasnya
Pada ritual acara ini, disediakan berbagai jamuan sesaji yang tersusun rapi. Biasanya diletakkan diatas bangunan khusus yang terbuat dari kayu dan papan. Terkadang dibuat dalam 2 tingkat (bersusun dua lantai tempat sesajian). Terdapat juga patung Dewa Akhirat – Thai Se Ja yang dibuat dalam ukuran besar, berbagai patung lain yang terbuat dari kertas seperti patung berbentuk binatang, pesawat, kapal, gedung dan bermacam bentuk lainnya,”Tambahnya.
Menjelang tengah malam, jamuan-jamuan yang dihidangkan sudah dirasa cukup dinikmati oleh para arwah, sehingga prosesi ritual dilanjutkan dengan upacara rebutan sesaji yang berada di atas altar persembahan,”Tukasnya
Menurut Yanto als Angiat, Direktur
CV.BMM menuturkan, Acara sembahyang rebut ini dapat diikuti oleh seluruh pengunjung yang sebelumnya diberikan aba-aba terlebih dahulu sebagai tanda saling rebutan sesaji dimulai. Ada juga kepercayaan bahwa para peserta yang ikut prosesi rebutan akan mendapatkan bala (musibah) apabila tidak mendapatkan apa-apa saat rebutan. Maka dari itu, biasanya peserta akan mengambil apapun yang masih ada agar terhindar dari bala, disinilah keunikan yang utama dari ritual ini,”Tutur Yanto als Angiat.
Lanjutnya, Acara puncak dilakukan dengan pembakaran patung Thai Se Ja (sosok raksasa yang sedang duduk dengan mata melotot dimana di tangan kanan Thai Se Ja memegang alat tulis dan tangan kiri memegang buku). Thai Se Ja merupakan Dewa Akherat yang akan membawa para arwah kembali ke dunia Akherat yang disimbolkan dengan patung yang terbuat dari kertas,”Lanjut Yanto als Angiat.
“Pada saat pembakaran patung Thai Se Ja, uang-uang kertas, baju-baju dari kertas dan miniatur rumah dari kertas juga ikut dibakar bersamaan dengan patung Thai Se ja,”Sambung Yanto als Angiat.
Sedangkan acara puncak ini juga menandakan bahwa arwah-arwah telah dibawa kembali oleh Thai Se Ja kembali ke dunia akhirat, sehingga para manusia dapat melanjutkan kembali aktivitas mereka seperti biasa tanpa harus takut diganggu oleh para arwah gentayangan,” Tutupnya.(Suhendro)