Pekerjaan Drainase Labuan-Cibaliung di Protes Warga dan Aktivis, Tim Menejemen PT. Hutama Prima Pecat Mandornya

Mandor Pekerja Proyek Drainase yang di Pecat, Maman.

PANDEGLANG, SEKILASINDO.COM-
Proyek preservasi dan pelabaran jalan menuju standar ruas pesauran -Sp Labuan- Cibaliung dan Citeureup-Tanjung Lesung di kerjakan PT. Hutama Prima dan PT. Multhi PHI Beta, PT. Esti Yasagama dan PT. Parama Karya Mandiri KSO dengan anggaran sebesar Rp. 119.096.150.000,- di protes warga setempat dan sejumlah aktivis selatan.

Dimana proyek pembangunan saluran air (Drainase) di ruas jalan Raya Labuan – Cibaliung  dalam tahap pelaksanaan terkesan asal-asalan dan mangkir dari rencana anggaran biaya (RAB).

Lokasi proyek itu tepatnya di Kampung Solodengen Desa Panimbang jaya kecamatan Panimbang Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten.

Ditemui Tim Menejemen PT. Huntama Prima, Musa Weliansyah mengaku bahwa proyek drainase itu sepanjang lima meter akan di bongkar ulang .

Menurut dia memang betul pekerjaan itu terkesan asal jadi ada sekitar lima meteran maka di rencanakan akan di bongkar ulang. Selain itu kata dia para pekerja dan mandor (Maman) itu bukan dirinya yang membawa tapi tim Hejra.

” Kini kita sudah pecat mandor dan para pekerja. Para pekerja itu bekerja menyimpang dari spesifikasi gambar yang ada,” akunya.

Ia juga mengatakan, bahwa dirinya itu akan segara membongkar ulang pekerjaan itu, kata dia dari hasil cek di lapangan ada sekitar lima meteran yang mesti di bongkar.

“Saya sudah cek di lokasi kegiatan tadi sore dan dari hasil pantauan saya ada lima meter yang harus di bongkar,” dalih dia

Sebelumnya, Maman Mandor tenaga kerja di konfirmasi sekilasindo.com di lokasi kegiatan dirinya hanya bekerja melaksanakan yang di perintahkan oleh pelaksana.

” Kami bekerja sudah sepekan dan kami hanya mengikuti sesuai perintah pelaksana dan gambar juga adanya di Konsultan,” kata dia.

Berdasarkan pantauan di lapangan proyek itu, dari awal cara kerja sudah diduga tidak sesuai dengan spesifikasi gambar, lantaran cara kerja menggunakan air, mesin aduk tidak menggunakan mesin molen cor sehingga takaran tidak sesuai.

” Mesin molen cor ini, awal di laksana tidak ada, setalah beberapa hari ketika di soal baru di adakan,” Ucap Heri warga setempat. (Hadi).