Sekilasindonesia.id,|| SERANG RAYA – Pen-Capres-an Anies dan Ganjar oleh dua kekuatan politik besar di tanah air, masih mengundang pertanyaan publik: Siapa Cawapresnya? Secara kalkulasi politik, dua tokoh yang telah di-capres-kan itu baru mewakili suara masyarakat yang aktif ber-medsos, atau maksimalnya separuh penduduk Indonesia. Secara global masih ada separuh lagi penduduk Indonesia yang belum larut dalam penggiringan isu Capres Pemilu 2024.
Jika dalam perkembangan politik ke depan, Prabowo juga di-capres-kan oleh kelompok yang lain, maka sosok Cawapres untuk tiap-tiap Capres sangat menentukan kemenangan. Cawapres harus diisi dari unsur tokoh politik maupun tokoh masyarakat yang benar-benar dikenal luas oleh masyarakat.
Banyak yang berspekulasi dalam kondisi seperti sekarang akan lebih menguntungkan mendampingkan Capres dengan Cawapres dari partai besar atau Ormas besar. Dari partai besar sudah muncul nama-nama seperti AHY (PD), Airlangga (Golkar), Cak Imin (PKB) dan termasuk Sandiaga Uno yang digadang-gadang PPP. Ada pula nama Erick Thohir tetapi belum jelas kendaran politik yang digunakannya.
Sebetulnya ada satu lagi kekuatan sosial yang sangat dipertimbangkan pengaruhnya dan sangat menentukan elektabilitas para Capres yang sudah diusung. Ialah Ormas Nahdlatul Ulama (NU) yang sudah terbukti memiliki daya tawar tinggi pada Pilpres 2019 dan berhasil memenangkan pasangan Jokowi-Kiai Ma’ruf Amin sebagai presiden dan wakil presiden terpilih.
Pada Pemilu 2024, NU tampaknya masih tetap memiliki daya tawar tinggi untuk memenangkan Capres yang telah diumumkan ke tengah publik. Walaupun ketua PBNU telah menyatakan NU memilih tidak berpolitik praktis, tapi suara warga Nahdliyyin di tingkat grassroots sangat mungkin diarahkan memilih tokoh NU yang di-capres-kan sebagaimana pada Plispres sebelumnya.
Buktinya di dalam group-group media sosial anak-anak muda NU juga telah berseliweran nama-nama tokoh NU yang layak di-capres-kan. Diantaranya ada nama Kiai Said, Khofifah, Ali Asad, Yeni Wahid, termasuk Gus Yahya dan Gusmen dan sebagainya. Dari sederet nama-nama tokoh NU itu Kiai Said Aqil Siradj kelihatannya lebih berpengaruh dan lebih diterima oleh seluruh lapisan masyarakat.
Kiai Said berpeluang di-cawapres-kan mendampingi Capres dari kelompok nasionalis. Peranannya dalam Pemilu 2024 sama seperti Kiai Ma’ruf Amin yang mendampingi Jokowi pada Pilpres 2019. Ketokohannya diakui di level grassroots Nahdliyyin dan muslim Indonesia, bahkan muslim dunia pada umumnya. Ke-moderat-annya yang sudah dikenal luas juga mudah diterima oleh semua kelompok sosial dan politik di Indonesia.
Bagindo Yakub.