Berita

Zulkarnain Musada Aktivis Pemuda Revolusioner Tutup Usia

×

Zulkarnain Musada Aktivis Pemuda Revolusioner Tutup Usia

Sebarkan artikel ini

BULUKUMBA-Kilas balik di awal 2018 sewaktu saya pertama kali mengembang amanah disebuah Organisasi Mahasiswa (ORMAWA) yang berkecimpung di dunia penulisan yaitu Unit Kegiatan Kampus Penerbitan dan Siaran Kampus (UKM PERSKA) tempat saya tumbuh dilingkungan cendikiawan.

Saat setelah pelantikan para Ketua Ormawa handphone disaku celana saya berbunyi isyarat pesan masuk dari nomor baru yang berisikan ucapan selamat dan perkenalkan nama Zulkarnain Musada

Click Here

“Selamat yah bro salam kenal saya Zulkarnain Musada akrab disapa Kibong, tulislah tinta perjuangan sebaik mungkin yang kamu bisa”

Sepintas isi pesan itu saya baca dan teringat beberapa cerita dari senior-senior kalau dulu ada sosok pejuang mahasiswa yang selalu memiliki gebrakan baru untuk kemajuan berfikir mahasiswa politani, ia betul dia Kibong yang punya cerita berbeda dari mahasiswa pada umumnya.

Sayapun membalas pesanya dengan penuh bahagia ” Terimakasih senior kapan ada waktu untuk berdiskusi ”
Pesan itu hanya di bacanya menandakan dalam waktu lama untuk bertemu.

Waktu terus berjalan hingga sayapun bertemu dengannya di akhir tahun 2019 dengan penuh senyuman dan giginya yang tersusun rapi menyapaku di sekretariat Organisasi Daerah Kerukunan Mahasiswa Butta Panrita Lopi (KEMBAPALOPI) “wah bro Andika yah yang gagah, sini duduk sudah berapa kertas yang habis kamu pakai menulis bro” Ujarnya sambil tertawa

Pertemuan itu cukup berlangsung lama, beberapa hari tak jarang pun kesempatan ini kulewatkan bahkan mulai matahari tenggelam hingga ayam berkokok di subuh hari mengisyaratkan diskusinya dilanjut dimalam berikutnya.

Berbagai gagasan-gagasan yang baru ku jumpai dari seorang Kibong membuatku termangu “Ada juga yah pemuda yang masih berfikir kemana arah bangsa ini di 10 tahun mendatang” Gumamku sembil melihatnya menikmati secangkir kopi, cerita ini menjadi akhir dari pertemuan pertama kita selepas itu beliau pamit untuk kembali ke makassar.

Pertemuan singkat itu masih terbanyang-bayang dengan satu pengalan kata darinya

“Ketika kamu berjuang sendiri kamu salah, kita hidup butuh relasi bukan hidup terisolasi” *Kibong_*

Komunikasi kita selalu terhubung hingga suatu waktu sebuah wabah COVID-19 menyerang beberapa negara terkhusus di Indonesia di beberapa daerahnya salah satu Kabupaten Bulukumba membuat regulasi *Social Distancing* dimana regulasi ini berlaku di semua instansi terkhusus di dunia pendidikan dapat dikatakan lumpuh, proses mengajar disekolah-sekolah digantikan melewati *gedget* yang notabenenya interaksi sosial tak lagi terlihat dikalangan SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi di Kabupaten Bulukumba hal ini membuat saya dan Zulkarnain Musada bertemu kembali,

Sebuah gagasan muncul dari benaknya di tengah-tengah diskusi dengan beberapa senior bahwa pendidikan hari butuh regulasi sistem belajar yang merdeka, terlepas dari diskusi itu muncullah gagasan Gerakan Mengajar PANDEMI, dimana pemuda daerah Bulukumba saat itu menjadi Relawat mengajar anak-anak bangsa hingga pelosok desa. Gerakan ini membuming dan melibatkan beberapa instansi pendidikan.

Disitulah nama Zulkarnain Musada terdengar dari pelosok Desa hingga Kota-kota kecil yang ada di Kabupaten Bulukumba seorang pemuda yang menghadirkan kembali senyum pendidikan. Gerakan itu berlangsung lama namun saya menulis ini dengan apa yang saya ketauhi soal beliau dia orang baik, cendikiawan dan punya jiwa sosial yang tinggi seperti pada bukunya Soe Hok Gie *”Orang-orang dipersimpangan Jalan”*
Selamat Jalan Zulkarnain Musada Guruku saya beraksi beliau orang baik, tutup usia di RS Dunda Gorontalo, tetap tabah buat keluarga dan kekasih yang dicintainya Andi Nur Fadliah.L yang biasa di sapa canunu oleh beliau

Penulis :Andika Asb

Eksplorasi konten lain dari Sekilas Indonesia

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca