BANGKA BELITUNG, SEKILASINDO.COM- Kota Pangkalpinang jika diguyur hujan lebat sekitar satu jam atau dua jam pasti mengalami banjir. Apakah Kota Pangkalpinang kedepannya bisa bebas banjir?
Saat ini hangat jadi perbincangan tentang persoalan banjir yang selama ini melanda Kota Pangkalpinang. Bahkan dikabarkan Kota Pangkalpinang tidak bakal bisa bebas dari banjir.
Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA) PUPR Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), Arifiyanto, membenarkan bahwa memang saat ini Kota Pangkalpinang dilanda banjir. Itu jadi permasalahan di Kota Pangkalpinang dan terancam tak bisa bebas dari banjir, sehingga saat ini kita hanya bisa untuk mengurangi banjir saja.
“Mungkin tidak bisa dikatakan bebas banjir sampai kapan pun akan tetapi untuk mengurangi banjir itu bisa terjadi,” ucap Arifianto, Senin (30/12/2019) kemarin.
Lebih lanjut dikatakan Arifianto, Pangkalpinang sendiri kota ya, kota yang berbentuk seperti cengkungan dibeberapa titik. Kota Pangkalpinang itu ada cengkungan- cengkungan yang seperti mangkok jadi dia dari hulu turun sampai tengah dia rendah kemudian naik lagi baru ke laut di beberapa titik.
Untuk bisa bebas dari banjir, saya rasa mungkin tidak bisa akan bebas sebebasnya banjir apalagi untuk kering total itu tidak akan bisa karena memang ada cengkungan-cengkungan tadi, ujarnya.
“Setiap air laut pasang mungkin pada saat hujan biasanya air laut pasang, air lautnya masuk hujan datang dia akan menjadi genangan. Nah genangan itu kalau dia tidak diminimalisir misalnya dia jadi disebut banjir nanti karena kawan-kawan yang berada di kawasan pemukiman biasa jika tergenang yang lebih dari dua jam biasa disebut banjir,”Jelasnya.
Arifianto juga menyampaikan, kalau Kota Pangkalpinang sendiri yang harus dilakukan misalnya pembanggunan Sumber Daya Air itu memang dulu dari hulu sampai hilir. Jadi gak bisa dalam penangganannya dengan spot-spot, dia dari hulunya jadi semuanya harus terlibat.
“Baik liding sektor misalnya infrastrukturnya dari Dinas PU, ada Dinas Lingkungan Hidup, ada Dinas Pertambangan dan ada juga Dinas Kehutahan disitu ada pemberdayaan masyarakat yang mengedukasi masyarakat, ada masyarakat itu sendiri yang harus terlibat ada juga dari sisi lain.
Misalnya kita ingin bikin kolam retensi di Teluk Bayur, itu bisa jadi satu itu kan semua sungai masuk disitu dulu baru keluar lagi ke ketapang disitu dulu dan baru yang lainnya itu kan bisa dibuat pintu
diKetapang misalnya, kemudian dikasih pompa pada saat hujan datang, air laut pasang, air laut itu kan dipasang pintu, kan tidak bisa masuk tapi hujan datang tidak bisa keluar ke laut, nah itu yang harus kita pompa,”Tuturnya.
“Berapa debit yang masuk ke Teluk Bayur bisa dipompa dengan debit yang sama, Jadi seimbang dan bisa mengurangi itu. Tapi yang dititik-titik tertentu tadi dari atap rumahnya juga itu bikin genangan karena tidak bisa keluar dulu kan ada beberapa level yang memang masih tetap tergenang; nah dikuranginya bagaimana?
Salah satunya adalah dipompa untuk jangka lebih cepat kemudian orang-orang disitu misalnya yang tinggal didaerah yang rendah lebih extrimnya dia harus pindah sebetulnya karena itu tempat air tapi kita masih kesulitan untuk memindahkan orang-orang disitu,”Paparnya.
“Namun dia juga harus sadar tinggal di tempat yang memang kondisi seperti itu misalnya kontruksi rumahnya harus di perbaiki misalnya lebih tinggi dengan rumah panggung atau apa kemudian dia juga bisa kayak misalnya panen air hujan atau mengumpulkan air hujan salah satu rumah di suatu kawasan dan disetiap rumah bikin tandon air satu kubik satu rumah sudah lumayan kan.
Sedangkan, Jika hujan turun biasanya 25 cm misalnya sudah dapat berapa tandon sudah mengurangi dengan tandon-tandon yang lainnya. Kemudian juga bisa dengan yang sering dilakukan orang-orang kota biasanya membuat sumur resepan air atau biopori jadi air yang masuk di perkarangannya susah keluar karena lebih rendah dari bandar.
Itu dimasukan dalam tanah disuruh menyerap, bagaimana caranya bikin biopori, biopori itu ngasih sampah-sampah organik kedalam ipal misalnya itu jadi kayak ada cacing hidup, cacing itu bikin lubang pada saat air datang dia masuk kelubang airnya.hal tersebut merupakan untuk mengurangi banjir,”Cetusnya.
“Menurutnya, upaya untuk mengurangi banjir secara ideal adalah semuanya harus kerja salah satunya hulunya harus dijaga dan tidak hanya kita menyiapkan infrastruktur yang sumber daya airnya didalamin atau saluran airnya dilebarin,”Pungkasnya.
“Banjir itu kan harus memiliki satu tujuan yang dikerjakan banyak orang dan harus dikoordinasikan bersama seluruh steckholder yang ada, sehingga salah satu yang menjadi alasan tentang permasalahan seperti banjir tersebut belum adanya solusi terbaik yaitu dalam penanganannya selama ini kurangnya integrasi seluruh steckholder setempat karena dulunya masih bersifat pola kerjanya masih sendiri-sendiri,”Urainya.
Harapan kedepannya, dalam mengatasi banjir tersebut untuk kerjasamanya lebih kuat lagi, Master Plan yang disusun oleh pusat lebih dipercepatkan kemudian antara Kabupaten dan Kota dengan pemerintah provinsi Bangka Belitung jangan dipersulit sehingga koordinasinya bisa terjalin lebih kuat untuk mencapai sebuah keberhasilan yang maksimal, tutupnya.
Reporter : Budi