OPINI, SEKILASINDO.COM – Mengamati status sosmed dari banyak sahabat, sepertinya diawal tahun ini banyak sekali yang berdoa agar di tahun baru ini dapat menjadi pribadi yang lebih baik, lebih sukses dibandingkan tahun yang lama.
Aneka resolusi atau rencana tentang program yang akan dilakukan pada tahun itu dibuat. Aneka tekad juga dipancangkan untuk mengubah diri. Namun, apa yang terjadi?
Seperti tahun-tahun sebelumnya, kebanyakan dari rencana yang sudah dibuat-seiring berjalannya waktu di tahun yang baru, mulai timbul kemalasan dan keengganan untuk melaksanakan semua rencana tersebut.
Ternyata, mewujudkan semua tekad, rencana, resolusi tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.
Apalagi kalau semangatnya hanya angin-anginan alias setengah-setengah. Semangat itu tidak akan menyengat.
Hanya panas tahi ayam, Itu panas di awal saja, setelah itu jadi hangat, kemudian menjadi dingin. Apakah kita mau mempunyai semangat seperti itu?
Menjadi orang yang sukses (sukses melaksanakan semua resolusi atau rencana), itu seperti melewati jalan yang penuh dengan es. Ada rasa dingin yang menggigit. Ada pula licin yang terus berusaha memilin.
Agar berhasil, dibutuhkan usaha yang keras luar biasa. Semangat, hasrat dan gairah harus terus dikobarkan. Perapian dalam hati ini harus selalu dinyalakan. Soalnya, kalau sudah padam, maka perjuangan kita bisa jadi remuk redam.
Berpindah tahun, sama saja dengan berpindah hari. Hanya memang, suasana berubahnya tahun lebih meriah daripada ganti hari biasa. Orang-orang bergembira dan bersenang-senang.
Sebenarnya, apa yang mereka gembirakan? Apa pula kesenangan yang mereka banggakan? Kalau toh pada akhirnya, tahun baru dihabiskan dengan melakukan sesuatu yang sama seperti tahun yang lama.
Tidak ada peningkatan. Tidak ada perkembangan. Lalu, jika memang seperti itu, pantaskah kita bergembira? Bukankah seharusnya kita bersedih?
Nah intinya :
“Semaraknya tahun baru harus terus kita bawa dalam hari-hari berikutnya pada tahun tersebut! Kita harus sadar, boleh jadi sudah banyak kesalahan yang kita perbuat dan rencana yang belum terwujud di tahun sebelumnya. Kini kesempatan itu kembali terbuka. Namun, jangan sampai kesempatan itu berubah menjadi kesempitan! Olehnya mari kita terus-menerus membarukan diri, waktu dan semangat kita.”
Penulis: Ketua Kelas Inspirasi Bulukumba, Hadi Kasmaja Dg Saktyala