Daerah

Di Bangun Tahun 1983, Enam Pura di Muna Barat Ini Gelar HUT yang ke- 36 Tahun

×

Di Bangun Tahun 1983, Enam Pura di Muna Barat Ini Gelar HUT yang ke- 36 Tahun

Sebarkan artikel ini

 

Tohmas, Ketut Putrayasa (Baju Batik), Ketua Prada Desa Sukadamai (Baju Biru), Yogi Saputra. Foto: Acriel

MUNA BARAT, SEKILASINDO.COM- Jelang perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Pura besar yakni Pura Kembang Merta yang ke-36 Tahun, Umat Hindu Bali Desa Sukadamai, Kecamatan Tiworo Tengah telah melakukan beragam tradisi dan persiapan hari perayaan yang akan di gelar pada malam nanti.

Click Here

Tokoh masyarakat (Tohmas) Bali, Ketut Putrayasa mengatakan sebelum puncak perayaan HUT Pura Kembang Metra, ada banyak prosesi adat yang di lakukan di antaranya tradisi pengambilan air suci di mata air di Pura Taman.

“Semua sarana dan prasrana upacara seperti bendera, umbul-umbul dan lainnya di bersihkan dengan air suci. Kenapa harus dibersihkan, agar semua sarana dan prasarana dapat steril dari gangguan jahat ketika upacara nanti. Ujar Ketut. Minggu (2019/10/13).

Mantan Kades Sukadamai ini pun menjelaskan, setelah pengambilan air suci di Pura Taman Sari, beberapa orang telah berbaris untuk melakukan penjemputan kepada pembawah air suci tersebut.

Kemudian air suci tersebut di bawah menuju Pura Kembang Metra dengan memutar sebanyak tiga kali putaran di dalam pura. Setelah itu para pemangku adat akan melakukan persiapan sesajian. Terangnya.

Ketut, menyebut, semenjak kami berada di Muna Barat ini, Kantor Transmigrasi sudah mendirikan Pura khusus umat Hindu Bali di semua Desa.

” Pura Desa Sukadamai dibuat Tahun 1983 yang lalu. Ada enam Desa yang melakukan HUT berdirinya Pura yakni Desa Sukadamai, Wapae, Wulanga Jaya, Sido Makmur, Katangana dan Abadi Jaya. Enam Pura tersebut serentak di bangun oleh Pemerintah di Tahun 1983. Ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Prada Desa Sukadamai, Yogi Saputra mengatakan pada malam puncak perayaan HUT Pura Kembang Metra, akan banyak tarian yang di tampilkan baik tarian korosal dan tarian sakral.

“Tarian Sakral ini adalah tarian pendet khusus persembahan kepada Dewa. Tarian Korosal adalah tarian Rejang Renteng yang dilakukan oleh umat Hindu dan Umat Budha sedangkan Tari Rejang Dewa itu dilakukan oleh khusus anak perempuan yang sudah haid.” Jelasnya.

Perlu diketahui, kata Yogi, ada perbedaan status atau jabatan pakaian yang di gunakan pada prosesi upacara umat Hindu. ” Pakaian warna putih-putih itu merupakan pemimpin upacara adar sedangkan pakaian kaos merah itu Pecalang (Polisi Adat).  Bebernya.

(Acriel)

Eksplorasi konten lain dari Sekilas Indonesia

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan Membaca

%d