Opini

OPINI : Manusia di Persimpangan Jalan

×

OPINI : Manusia di Persimpangan Jalan

Sebarkan artikel ini
Hadri H (Mahasiswa Sosiologi Agama, UINAM)

OPINI, SEKILAS INDONESIA- Seperti yang kita ketahui manusia lahir sebagai makhluk sosial yang saling berhubungan secara timbal balik dengan individu yang lainnya.

Dalam ilmu sosiologi manusia disebut sebagai makhluk sosial adalah sebuah konsep ideologis dimana masyarakat dipandang sebagai sebuah “organisme Hidup”.

Click Here

Semua individu atau seluruh elemen masyarakat telah mempunyai fungsi dan peran masing-masing dalam kehidupan sosialnya yang dimana nantinya akan saling memenuhi antara satu dengan yang lainnya seperti sebuah mata rantai kehidupan.

Ya seperti itulah kira-kira pengantar atau gambaran kehidupan sosial manusia pada umumnya.

Namun pada kenyataannya berbanding terbalik dengan apa yang penulis jumpai di salah-satu persimpangan jalan di kota besar seperti Makassar dan sekitarnya, dimana masih saja ada segelintir orang di luar sana seakan acuh tak acuh atas pertolongan orang lain kepada dirinya walau dalam tindakan sederhana.

Mereka seakan enggan berterimakasih atas pertolongan sekecil itu. Mungkinkah ataukah tidak mereka sadar, betapa sulitnya suatu pekerjaan yang ditekuni seseorang ataupun sekelompok manusia untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidupnya.

Seperti halnya dengan manusia-manusia di persimpangan jalan yang dengan sukarela menolongmu di tegah kepadatan kendaraan yang bertumpuk-tumpuk di jalanan sekedar hanya untuk menyeberangkan mobil dan berharap sesuap nasi dari sisa-sisa uang belanjaanmu.

Namun mengapa sebagian dari kita seakan-akan enggan memberikan mereka penghargaan baik berupa materi atau sekedar senyuman terimakasih kepada mereka yang memilih pekerjaan sederhana namun sangat beresiko tinggi.

Betapa tidak bukan saja mereka harus melawan teriknya matahari siang, belum lagi asap kendaraan yang pengap akan polusi dan juga kendaraan yang kapan-kapan saja bisa menabrak mereka jika salah langkah.

Bahkan mereka tak meminta lebih 1000 saja mereka akan sangat bersyukur daripada kita hanya disebrangkan namun enggan membuka kaca mobil atau sekedar mengatakan maaf kapan-kapan ya saya kasih.

Saya terkadang berfikir dan bertanya-tanya kepada diri sendiri sebegitu sulitnyakah kita menghargai orang bukankah kita terlahir sebagai makhluk sosial seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa kita hidup dalam suatu lingkungan komunitas masyarakat takkan terlepas dari yang namanya hubungan interaksi yang saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya.

Mungkin kita bisa berkaca pada negera Jepang seperti yang kita ketahui semua bahwa takkan ada yang memungkiri jepang adalah salah-satu dari negara paling sibuk di dunia dengan perekonomiannya dsb-nya.

Namun disisi lain betapa tingginya rasa penghormatannya terhadap orang lain yang mempunyai pekerjaan kecil sekalipun seperti yang di lansir di https://www. Researchgate.Net bahkan untuk saling menyapa saja mereka akan membungkuk 50 derajat sebagai bentuk penghormatan kepada orang lain.

Namun lain halnya dari segi gotong royong atau tolong menolong terhadap sesama mungkin akan kita temui di suatu pedesaan khususnya desa-desa di Indonesia karna masih sangat erat akan rasa persaudaraan dan kesadaran terhadap sesama.

Pesan penulis hargailah sesamamu yang punya pekerjaan sekecil apapun darimu karna kita tak bisa menebak perputaran rodah kehidupan mungkin saja kita sekarang di atas namun siapa yang bisa menebak kehidupan esok.

Penulis : Hadri H (Mahasiswa Sosiologi Agama, UIN Alauddin Makassar)

Editor : AR

Eksplorasi konten lain dari Sekilas Indonesia

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan Membaca

%d