SULTENG, SEKILASINDO.COM- GEMPA berkekuatan magnitudo 7,4 mengguncang Donggala, Sulawesi Tengah, pukul 17.02 WIB. Sebelumnya gempa terjadi pukul 14:00 WIB dengan magnitudo 6. Gempa mengakibatkan tsunami setinggi 1,5–2 meter yang menerjang Palu dan Donggala.
Setelah itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencabut peringatan dini tsunami pukul 17:36 WIB. Ratusan gempa susulan terus terjadi. Laporan terakhir pada 30 September 2018 korban meninggal sebanyak 832 orang. Korban kemungkinan akan terus bertambah.
Menurut Masyhuddin Masyhuda kegiatan tektonis berupa gempa bumi ringan dan sedang sering terasa di Donggala, Sulawesi Tengah. Ini karena ada patahan (fault) Palu–Koro sepanjang 1000 km yang terentang dari Palu sampai Teluk Bone, hampir sejajar dengan barisan pegunungan Takolekaju.
Gempa dan tsunami pernah terjadi pada 1927, 1938, dan 1968. “Pada 1938 terjadi gempa yang hebat menyebabkan air laut naik menyapu rumah-rumah dan pohon kelapa rakyat di sepanjang pantai Kampung Mamboro, di tepi pantai Barat Kabupaten Donggala,” tulis Masyhuddin dalam Sejarah Perlawanan Terhadap Kolonialisme dan Imperialisme di Daerah Sulawesi Tengah.
Dalam Newsletter, Vol. I No. 3 (5 September 1968) yang diterbitkan International Tsunami Information Center di Hawaii, tercatat dua kali gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah pada 1968.
Pada 10 Agustus 1968 terjadi gempa bermagnitudo 7,3 dengan pusat gempa di Laut Sulawesi. Badan Penanggulangan Bencana Alam Indonesia mengumumkan bahwa gelombang tsunami besar menyapu kawasan pantai di Donggala. Dua ratus orang tewas dan banyak rumah hancur terutama di desa pesisir Tambu. Tsunami juga menghantam Pulau Tuguan di lepas pantai Sulawesi Utara yang berpenduduk beberapa ratus orang.
Majalah Tempo (1978) memberitakan bahwa tsunami yang menghantam Pantai Donggala, Teluk Mapaga, dan Pulau Tuguan setinggi 8-10 meter melabrak pantai sampai sejauh 300 meter. Akibatnya 800 rumah hancur dan 200 orang meninggal dunia.
“Pada bulan Agustus 1968 sebuah kampung bernama Mapaga, terletak di pantai Barat Kabupaten Donggala lenyap ke dalam laut sebagai akibat gempa bumi yang cukup kuat,” tulis Masyhuddin.
Gempa kedua terjadi pada 14 Agustus 1968 bermagnitudo 7,4 dengan pusat gempa di Laut Sulawesi. Kantor berita Antaramelaporkan gempa ini menghasilkan gelombang tsunami besar yang mengakibatkan Pulau Tuguan tenggelam sepenuhnya dan menghilang.
Petugas polisi yang dikirim dari mercusuar Mangalihat di Pulau Borneo tidak menemukan jejak Tuguan atau penduduknya. Gempa bumi juga mengakibatkan gunung berapi di Pulau Sangihe dan Talaud di ujung utara Pulau Sulawesi mulai bergemuruh dan mengeluarkan asap.
Tiga minggu kemudian, gempa kecil masih terus terjadi dan aktivitas gunung berapi di Talaud dan Sangihe mengancam 200.000 orang yang tinggal di pulau itu. Pihak berwenang pun meminta kapal untuk membantu evakuasi warga.(*)